"Augmented
Reality", Solusi Iklan Masa Depan
Beberapa
tahun ke depan, teknologi augmented reality yang menyajikan imaji tiga
dimensi secara virtual lewat perangkat digital seperti komputer dan smartphone
diperkirakan bakal banyak dipakai seiring matangnya teknologi yang mendukung.
Salah satu aplikasi teknologi tersebut adalah memperkaya bentuk atau konten
iklan.
Iklan
menjadi salah satu strategi untuk memenangkan persaingan bisnis. Namun, sejauh
ini belum ada terobosan dalam iklan yang bisa menciptakan hubungan erat antara
konsumen dan produk. Rata-rata iklan dipenuhi dengan pesan searah dari produsen
tanpa melibatkan interaksi dan feedback langsung dari konsumen. Dengan
teknologi augmented reality (AR), iklan memungkinkan dilakukan dengan
lebih interaktif.
"Kalau
kita lihat, industri saat ini stagnan. Mereka butuh sesuatu yang unik.
Teknologi ini bisa jadi jawaban untuk meningkatkan interaksi produk atau brand
dengan konsumen," urai Peter Sheare, Managing Director Augmented Reality
& Co (AR&Co), salah satu perusahaan lokal di Tanah Air yang
mengembangkan solusi augmented reality sejak tahun 2009.
Menurutnya,
AR bisa menjadi solusi industri dalam beriklan, misalnya, dalam brosur suatu
produk. AR pada dasarnya menyisipkan dunia maya ke dunia nyata. Dengan AR,
ketika seorang konsumen melihat sebuah brosur menggunakan perangkat tertentu,
akan terlihat animasi 3D. Syaratnya, ada aplikasi pendukung dan peralatan
berkamera seperti kacamata berkamera, notebook, atau smartphone
yang dilengkapi aplikasi pengenal AR.
Dalam
obrolan teknologi AR yang diadakan Rabu (6/7/2011) di eX Plaza, Jakarta, Peter
mendemonstrasikan brosur iklan Toyota Yaris. Jika brosur dihadapkan pada webcam
notebook, di notebook akan tampak informasi interaktif tentang
produk. Konsumen juga bisa terlibat dalam iklan tersebut.
"Kita
juga bisa main game racing mobil Yaris dengan brosur tadi. Kita
berinteraksi bukan dengan notebook, tapi dengan brosur. Kita bisa
gerakkan brosurnya untuk maju, mundur, mengerem, dan sebagainya," katanya.
Brosur
Yaris hanyalah salah satu dari sekian karya AR&Co. Produk lain ialah
kemasan Teh Sosro. "Bila kita hadapkan kemasan teh ini di depan webcam,
kita bisa lihat animasi, jadi interaktif," kata Peter. Ia mengklaim, AR
berhasil berkontribusi meningkatkan penjualan Sosro sebesar 400 persen.
AR&Co
selama ini telah membantu 50 perusahaan untuk mengembangkan komunikasi
interaktif dengan AR. Teknologi AR yang dikembangkan AR& Co juga telah
digunakan untuk media massa, Kompas. Selain itu, Telkom juga pernah
menggunakannya untuk meluncurkan logo barunya.
"Titik
berat AR ini dalam iklan adalah interaktivitas," kata Senja Lazuardy, Head
of IT Department AR&Co. Jadi, dengan AR, interaksi antara konsumen dan
brand akan lebih erat sehingga konsumen pun terpacu untuk membeli produk yang
ditawarkan.
Bagi
industri, AR juga menciptakan celah pendapatan baru. "Untuk media, bisa
dimanfaatkan untuk iklan. Iklan bisa menjadi lebih hidup. Misalnya, kalau ada
iklan film di bioskop, dengan AR maka dengan menghadapkan iklan itu ke webcam,
pembaca langsung bisa melihat cuplikan filmnya," urai Peter.
Menurut
Senja, saat ini tantangannya adalah mengenalkan teknologi AR karena teknologi
ini relatif baru. Salah satunya dengan memperbanyak kegiatan untuk mengenalkan
teknologi ini pada masyarakat dan pebisnis. Keterbatasan lain adalah tak setiap
orang memiliki alat untuk menikmati teknologi AR. Namun, menurut Senja, ke
depan AR yang bisa dinikmati dengan mobile device akan berkembang pesat.
AR&Co sendiri telah mengembangkan AR yang bisa diakses lewat perangkat
dengan OS Android dan iPhone.
Sumber: http://tekno.kompas.com/read/2011/07/06/1633104/.Augmented.Reality.Solusi.Iklan.Masa.Depan